Pada
zaman dahulu kala tepatnya 19 Tahun silam, telah lahir seorang anak tampan
rupawan, kecil mungil, bersih belum ternoda di sebuah kota kecil nan jauh di
mata, Gorontalo. Anak kecil itu lahir pada hari Jum’at tanggal 19 Juli tahun
1996 dengan berat dan tinggi badan yang tidak diketahui. Yang pasti adalah pada
tahun 2016 atau 20 Tahun kemudian, anak kecil itu telah tumbuh dewasa dengan
berat badan 74kg dan Tinggi 177cm.
Eko Riyaldi Hinta. Yap, begitulah
mereka memanggil nama anak kecil yang dulu saat harga BBM,LINE dan Whats app
melambung tinggi, dia meninju congkaknya dunia dengan doa dari orang tua di
nadinya. Setelah beberapa tahun kemudian, anak kecil itu menjelma menjadi
kupu-kupu. Eh salah, maksudnya menjelma menjadi diri saya sendiri, Eko Riyaldi
Hinta, yang sekarang berada di jurusan Psikologi Universitas Brawijaya.
Pada mulanya, saya terlahir dengan
nama “Saleh”. Harapannya adalah kelak ketika saya tumbuh besar akan menjadi
anak yang Saleh. Hingga pada suatu ketika opa (sebutan kakek di Gorontalo) saya
memanggil saya menjadi “Saleko”, katanya sih itu merupakan panggilan
kesayangan. Seiring berjalannya waktu, Saleh yang lebih sering di panggil
Saleko tinggalah kenangan. Karena entah mulai kapan, nama Saleko
dipotong hingga menjadi “Eko” saja.
Menurut beberapa kepercayaan, nama
Eko berarti tunggal atau satu. Sehingga banyak yang mengira saya adalah anak
pertama dalam sebuah keluarga, ataupun sebagai anak tunggal. Nyatanya saya
adalah anak ke empat dari empat bersaudara (anak bungsu). Mungkin karena
predikat anak bungsu inilah yang membuat saya menjadi pribadi yang manja,
pemalu, dan egois. Upsssssssssss. Egois? Egois yang saya maksudkan adalah tidak
mau kalah dan ingin mementingkan diri sendiri. Meskipun yang perlu diingat
adalah “Setiap individu pasti memiliki sifat Egois. Hanya saja yang membedakan
individu satu dengan yang lain adalah bagaimana cara mereka mengendalikan sikap
egois tersebut” (Eko Hinta, 2012).
Bicara soal pendidikan, saat
menempuh Sekolah Dasar (SD) dapat dikatakan saya sebagai anak emas. Karena
disetiap acara maupun lomba, pasti nama saya tercantum sebagai partisipannya.
Mulai dari cerdas cermat, Pramuka, PMR, Paduan Suara, Tarian, Vokalia, dan
bergam kegiatan lainnya, pasti saya ikut serta. Dan Alhamdulillah selain di
bidang non-akademik itu, saya juga sukses dalam bidang akademik. Pasalnya
semenjak kelas 2 hingga kelas 6, saya selalu meraih peringkat I di Kelas.
Prestasi yang saya dapatkan itu juga berlanjut di Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Saat di SMP, saya ditempatkan di kelas khusus (Exclusive Class). Di
kelas ini saya meraih peringkat 20 pada semester I, dan peringkat 7 di semester
II-nya. Meskipun sempat meraih peringkat 20, namun nilai yang saya peroleh di
kelas khusus ini apabila diibaratkan dengan kelas regular, maka saya akan mendapat
peringkat I di kelas regular. Untuk non-akademik saat SMP, saya tidak banyak terlibat. Sedikitnya hanya dua
kegiatan saja yang saya ikuti yakni Lomba Trio dan Vokalia. Berlanjut hingga
SMA (Sekolah Menengah Atas), saya masuk di SMA yang paling digandrungi di kota
Gorontalo. Apa lagi kalau bukan SMA Negeri 3 Gorontalo. Sekolah ini memiliki
jargon #1dolSchool, sangat sesuai dengan realitanya dimana sekolah ini
merupakan sekolah idola hampir semua siswa di kota Gorontalo. Meskipun ketika
di Tanya di luar daerah, Sekolah yang paling terkenal adalah Man Insan
Cendekia. Itu looh, sekolah swasta punya-nya Habibie. Saat SMA ini saya sempat
menjadi peringkat I Umum untuk Program Ilmu Sosial. Apa lagi ya
yang harus diceritakan di dunia pendidikan?. Mungkin itu aja dulu.
Tiga kata yang mewakili saya?
Mungkin saya akan memilih soliter, berisik, dan konyol. Soliter, ini merupakan salah satu sisi Eko yang belum banyak
diketahui orang. Tapi saya tidak tau juga sih, orang-orang pada nyadar atau
tidak. Yang jelas saya aslinya penyendiri. Terkadang didalam keramaian aku
masih merasa sepi, sendiri memikirkan KAMU (Malah nyanyi -_-). Terkadang saya
tidak terlalu suka ditengah keramian, saya lebih senang sendiri, hidup di dunia
sendiri. Bahkan saat lagi berada dengan teman-teman, saya malah lebih suka
jalan dibelakang sendirian, atau di depan sendirian. Intinya saya adalah sosok
orang penyendiri.
Berisik. Meskipun saya adalah
penyendiri, namun bukan berarti saya menjadi anti sosial atau menjadi orag yang
“gak asik”. Faktanya ketika saya lagi mood banget, akan menjadi sosok yang
berisik banget. Namun berisik yang saya hasilkan dapat membuat banyak orang
tertawa. Makanya pada beberapa kesempatan saya sering disebut “moodbooster”.
Selain mood booster, banyak yang bilang “gak ada eko, gak rame”. Contohnya
dalam waktu dekat ini, teman-teman SMA ingin membuat reuni, tetapi mereka
mengatakan harus menunggu Eko pulang ke Gorontalo dulu, katanya sih gak seru
kalau gak ada Eko. Hehehehe.
Konyol. Meskipun aslinya saya
adalah sosok pemalu, namun ketika berada bersama teman-teman tingkah konyol
saya akan keluar. Dengan kata lain, berani jika bareng-bareng. Tingkah konyol
saya misalnya menegur orang yang tidak saya kenal, ngusilin pelayan-pelayan
restaurant, sampai guling-guling di depan umum biar dituruti perintahnya.
Intinya saya adalah orang yang konyol.
Cita-cita? Duluuuuuuuuuuu banget,
saya bercita-cita menjadi dokter, tetapi lama-kelamaan saya pun bercita-cita
menjadi seorang pengusaha sukses. Namun pada tahun 2011 bertepatan saat saya
berada di kelas X SMA, untuk pertama kalinya, minat menjadi seorang psikolog
muncul. Saya ingin menjadi seorang psikolog handal terutama di bidang klinis.
Meskipun demikian, psikolog bukanlah satu-satunya arah karir saya. Sempat
terbesit dalam pikiran saya untuk bekerja di dua perusahaan besar di Indonesia.
Untuk masuk di dua perusahaan ini, membutuhkan tenaga ekstra dengan seleksi
masuk yang luar biasa banyak. Untuk itu saya berasumsi, orang-orang yang kerja
di dua perusahaan ini, adalah orang-orang yang hebat. Perusahaan itu adalah
Bank Indonesia dan Telkomsel. Entah mengapa, saya ingin sekali masuk ke dua
perusahaan besar terebut. Selain itu saya juga bercita-cita menjadi dosen, sama
seperti cita-cita NKRI yang tertera dalam alinea ke-IV UUD 1945 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Demikian yang dapat
saya sampaikan pada kesempatan ini, lebih dan kurangnya saya mohon maaf. Segala
sesuatu yang bersifat candaan adalah untuk hiburan semata, sekali lagi mohon
maaf atas penggunaan bahasa yang kadang terlanggar gaul. Hehehe. Terimakasih dan sampai jumpa
Langganan:
Postingan (Atom)